Selasa, 06 Januari 2009

Perkembangan teknologi informasi (TI) sekarang sudah merupakan kebutuhan, termasuk bagi dunia pendidikan. Bahkan bagi mahasiswa termasuk, juga pelajar, dunia maya merupakan sumber informasi yang tidak akan ada habisnya untuk diserap. Hal ini tentu menjadi salah satu penunjang pendidikan.
Dalam sebuah perbincangan di Universitas Kristen (UK) Petra Surabaya, Jumat (16/8), terungkap peranan TI-dalam hal ini lebih terfokus pada Internet-masih menjadi sebatas penunjang pendidikan, sekalipun untuk kondisi seperti di Indonesia masih banyak menemui kendala yang tidak menunjang masyarakat untuk ber-Internet, akibatnya sarana yang seharusnya murah ini ketika dioperasikan menjadi sangat mahal, terutama membayar tagihan pulsa telepon.
“Hal ini disebabkan oleh terbatasnya infrastruktur yang ada di Indonesia dan kurangnya kemandirian siswa,” tutur Arlinah, staf pengajar UK Petra. Perubahan pola pendidikan yang mengemuka saat ini seharusnya memungkinkan Internet menjadi salah satu sarana pokok. “Saat ini, mahasiswa masih datang ke kampus, mengikuti kuliah, dan menjadikan Internet sebagai salah satu sarana penunjang pendidikan,” tutur Arlinah. Padahal, dalam perkembangannya nanti perguruan tinggi (PT) dapat menyelenggarakan sekolah jarak jauh, sehingga mahasiswa tidak harus datang dan bertatap muka dengan pengajar.
“Materi kuliah dapat diperoleh dengan cara mengakses situs web yang dimaksud. Misalnya yang sudah dilakukan oleh universitas terbuka,” kata Arlinah, yang meyakini bahwa kampus virtual ini dapat berkembang sesuai tuntutan zaman.Perubahan pola pikir ini, menurut Academic Director Ciputra Cyber Institute Lendy Widayana, menjanjikan kemudahan dan kecepatan. “Upaya ini tepat sekali dikembangkan untuk mengejar ketertinggalan,” kata Lendy.
Sayangnya, kemampuan Internet “hanya” digunakan ala kadarnya. Arlinah menyebutkan, beberapa kemampuan Internet yang patut dicatat adalah hypertext, interaktif, dan sarana komunikasi. Selain itu, Internet adalah multimedia yang mampu menampilkan banyak hal berupa suara dan gambar yang bergerak.
Keunggulan lainnya adalah kemampuan Internet untuk menjadi alat publikasi yang mempunyai jangkauan sangat luas, terlebih lagi tidak berlakunya batasan waktu dan tempat bagi dunia maya ini. “Akan tetapi, saat ini yang masih banyak digunakan hanya sebatas chatting dan e-mail (surat elektronik),” kata Arlinah.
Menurut staf ahli Rektor UK Petra ini, kegunaan yang mulai berkembang baik saat ini adalah digunakannya Internet untuk browsing guna memperoleh informasi perusahaan maupun beasiswa di luar negeri.MUATAN informasi dalam Internet sangat berharga, baik berupa data, gambar, atau informasi yang layak dihargai.
Selayaknya, informasi ini menjadi sebuah barang yang layak diperebutkan setiap saat. Namun, Lendy menggarisbawahi, penggunaan Internet di Indonesia saat ini masih sangat rendah. “Masih terdapat banyak kesulitan yang muncul dalam penggunaan internet atau komputer,” katanya. Salah satu penyebabnya adalah terdapatnya beberapa bagian dari komputer yang sebenarnya tidak kita butuhkan. Misalnya, jika seseorang membutuhkan komputer untuk mengerjakan penghitungan saja, maka keberadaan CD-ROM menjadi tidak terlalu diperlukan.“Dalam perkembangannya, penggunaan komputer menjadi terbatas pada kalangan tertentu. Bahkan, kalah oleh handphone atau telepon seluler yang sudah merambah berbagai lapisan masyarakat. “Handphone relatif lebih mudah dan praktis digunakan,” tambah Lendy.
Padahal, sesuai perkembangan zaman-terlebih lagi dengan arus globalisasi yang mengharuskan perusahaan mendunia-Internet menjadi salah satu potensi yang hendaknya digarap dengan serius agar dapat memberikan hasil yang maksimal. “Melalui Internet dapat dijaring potensi ekonomi di daerah-daerah,” katanya.Ia bahkan berani mengatakan, bisnis Internet di daerah mempunyai potensi besar asalkan digarap dengan serius. “Bisnis ini menyajikan tantangan besar,” tambah Lendy.
Sebagai contoh, CEO Mitra.net Romi Budiharjo menceritakan betapa besarnya potensi TI di Jatim yang saat ini kurang digarap dengan sempurna. “Banyak industri besar di Jatim yang menyerahkan penggarapan bidang TI mereka ke perusahaan TI di Jakarta,” tutur Romi.
Padahal, di Jatim juga ada berbagai perusahaan TI, mulai dari perusahaan desain web, Internet Service Provider (ISP), hingga perusahaan perangkat keras (hardware). Menyadari ketertinggalannya dalam memperebutkan kue TI berskala daerah namun mengandung banyak digit ini, sejumlah perusahaan TI berniat bertemu dalam sebuah forum. Niatan ini akan berlanjut dengan mencari jalan memperbesar pasar ke industri di Jatim, yang dimulai dengan pendekatan ke beberapa industri hingga tidak dipandang sebelah mata lagi dibandingkan perusahaan TI sejenis di Jakarta.
Tantangan, peluang, dan ancaman pada penggunaan Internet merupakan imbas dari kemampuan Internet itu sendiri. Arlinah memberi contoh, kemampuan Internet yang andal dalam hal publikasi mengandung beberapa konsekuensi yang harus disikapi. Konsekuensi berupa peluang tersebut adalah mendorong penulisan untuk semakin intens, pengungkapan ekspresi diri, dan mempercepat terciptanya masyarakat produktif.
Namun, ancaman yang muncul akibat kemampuan publikasi ini berupa membanjirnya arus informasi yang tidak terkendali, meluasnya propaganda dan pornografi, serta semakin besarnya peluang untuk menjiplak karya orang lain.
PADA awalnya Internet hanya dapat digunakan oleh Departemen Pertahanan Amerika Serikat,” tutur Sukamto, staf pengajar UK Petra. Selanjutnya Internet dapat digunakan bebas di berbagai penjuru dunia, yang seharusnya merupakan “anugerah” asalkan dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya.
Namun, seperti yang dikisahkan oleh Lendy, pihaknya merasa “kerepotan” saat menjaring pegawai baru yang selalu menanyakan, apakah kantor mereka mempunyai fasilitas Internet. “Internet itu hanya sebagai sarana. Yang lebih penting adalah etos kerja kita,” tandas Lendy.
Selama ini ia mengaku kesulitan memperoleh sumber daya manusia (SDM)-khususnya sarjana baru lulusan PT-yang mengerti pemanfaatan komputer untuk dunia usaha. Kepandaian SDM yang ada saat ini semata-mata mengenai “isi” komputer, tetapi kurang dapat memanfaatkannya untuk peluang bisnis.
“Padahal, yang dibutuhkan dunia usaha adalah yang mengerti bagaimana cara mengembangkan kemampuannya untuk bisnis,” kata Lendy. Oleh karena itu, ia menyarankan agar dunia pendidikan dapat mengantisipasi hal ini, sehingga keluaran PT tidak sia-sia. “Akibat kurangnya kemampuan fresh graduate ini, kami memutuskan untuk mengambil sarjana yang sudah mempunyai pengalaman kerja,” katanya.
Berkaca dari hal itu, seharusnya pendidikan tidak semata-mata mengajarkan “kepandaian” dalam hal komputer, namun juga bagaimana cara menerapkannya dalam dunia usaha. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Sukamto-yang diambil dari prinsip UNESCO-bahwa pendidikan mengandung empat proses, yaitu learning to know, learning to do, learning to be, dan learning to live together.
“Namun, semua kembali kepada individu masing-masing,” kata Sukamto. Termasuk untuk memberdayakan Internet demi menunjang pendidikan yang selama ini kurang maksimal, karena lebih banyak berkutat pada sarana pergaulan, di antaranya chatting dan berkirim e-mail.
Menurut catatan Kompas, hal yang masih menghambat adalah buruknya infrastruktur komunikasi di Indonesia dan juga sistem pembayaran pulsa telepon merupakan kendala yang sangat menghambat. Sistem pembayaran yang berdasarkan pulsa dalam waktu tertentu akan menyebabkan tagihan telepon membengkak.
Tidak adanya infrastruktur jaringan back-bone yang andal menyebabkan lambatnya akses ke Internet. Semakin lambat akses berarti juga semakin lama untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan, dan ini berarti tagihan telepon akan membengkak.
Dalam praktiknya, hampir tidak mungkin mengakses Internet kurang dari setengah jam. Penerapan sistem pulsa flat seperti di negara-negara maju akan sangat menguntungkan pemakai Internet, karena seberapa lama pun ia mengakses Internet jumlah pulsa yang harus dibayar sama. (IDR)